ASKEB Pada Persalinan Dengan Partus Prematur Terhadap Ny."Y" Di RB XXX



LANDASAN TEORI
PARTUS PREMATUR

A. Definisi


Menurut Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu - BBL.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu.

B. Etiologi dan Faktor Risiko

Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematur.

1. Hipertensi

Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.

2. Perkembangan Janin Terhambat.

Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.

3. Solusio Plasenta.

Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.

4. Plasenta Previa.

Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.

5. Kelainan Rhesus.

Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini masih sering terjadi.

6. Diabetes.

Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat dikendalikan.

Kondisi yang menimbulkan kontraksi:

Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.

1. Kelainan Bawaan Uterus

Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada.

2. Ketuban Pecah Dini.

Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.

3. Serviks Inkompeten.

Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.

4. Kehamilan Ganda

Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.

C. Menifestasi Klinis

Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.

1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 – 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.

D. Pencegahan

Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2005.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran prematur bukan karena kondisi medik (perdarahan, hpertensi). Jadi bila ada pasien dengan indikasi (riwayat preterm) atau gemelli dapat dimasukkan ke dalam program ini.

Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis, hasilnya cukup menarik dengan menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.

Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2 jam dalam sehari.

Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2 x/10 menit dlam 48 jam menjelang partus. Pasien dpat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan takolisis. Sebelum memberikan terapi takolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his, dalam keadaan pasien berbaring miring dan memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka tak perlu melanjutkan terapi takolisis.

Perlu diperiksa adanya kontra indikasi pemberian obat. Obat beta mimetic jangan dberikan pada pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan takolisis dimulai dengan infus dan kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata partus dapat ditunda.

Obat anti prostaglandin (misalnya Indomethacin) harus dipakai dengan sangat selektif mengingat komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat nafas dan kelainan ginjal.

Selengkapnya silahkan DOWNLOAD



ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN PARTUS PREMATUR TERHADAP NY.“Y” DI RB XXX

download askeb, kti bidan, asuhan kebidanan

Masukkan Alamat Email Untuk Berlangganan Isi Blog Ini: